BeritaSepuluh.net – ‘Sang Dewi’ adalah tema yang dipakai Ariezmansyah sebagai Desainer Sulam Jelujur untuk peragaan busana di New York Indonesia Fashion Week (NYIFW), pada tanggal 11/9 waktu New York.
“Sang Dewi” Ini bermakna para pengrajin Sulam Jelujur dari Sungai Langka, yang merupakan para wanita yang menjadi simbol Sang Dewi.
“Yeni dan kawan kawan pengrajin Sulam Jelujur menjadi inspirasi bagi saya sebagai desainer mereka bagi saya adalah dewi bagi anak dan keluarganya karena mereka sebagai menompang hidup khususnya perekonomian bagi keluarga nya dan terbuktinya Sulaman Jelujur mereka dapat membawa mereka terbang tinggi ke mata internasional”, ucap Ariz.
“Sang Dewi” adalah sebuah dedikasi terhadap pengrajin Sulam Jelujur Pesawaran di Desa Sungai Langka yang mayoritas pengrajinnya adalah perempuan yang tangguh dalam menghadapi sebuah kondisi dan keadaan yang mereka alami.
Walaupun dengan kekurangan serta keterbatasan yang mereka miliki akan tetapi maha karya pengrajin, Kain Sulam Jelujur dapat menghidupkan perekonomian keluarga mereka, bahkan menghidupkan perekonomian di desa tempat mereka tinggal.
Dan makna dari ‘Sang Dewi’ walaupun mereka tak bersayap akan tetapi mereka mampu terbang tinggi membawa hasil keterampilan mereka sampai ke mata dunia untuk menghidupkan perekonomian para pengrajin bahkan menghidupkan ekonomi kreatif di desa mereka.
Dalam New York Indonesia Fashion Week, Ariesmansyah membawa Sulam Jelujur dalam bentuk fashion 12 desain sulam jelujur yang ditampilkan melalui peragaan busana.
Dalam keberangkatan ke NYIFW Desainer Sulam jelujur mendapat Dukungan langsung dari Bupati Pesawaran (Dendi Ramadhona), Ketua Dekranasda Prov Lampung (Riana Sari Arinal), Ketua Dekranasda Kab. pesawaran (Nanda Indira Dendi), Yayasan Pertiwi Indonesia, PLN UID Lampung dan APPMI.
NYIFW secara resmi akan dilaksanakan pada tanggal 11/9 waktu New York namun kegiatan pendukung sudah dilaksanakan mulai tanggal 8 – 14 september.
Menurut Ariesmansyah ketika ditanya apakah Sulam Jelujur mampu bersaing dengan produk dunia lainya, dijawab dengan tegas, sangat mampu karena Sulaman Jelujur memiliki khas tersendiri baik dari teknik pengerjaan berbeda dengan kain kain lainnya, kain Sulam Jelujur pengerjaannya tanpa pola atau gambar dalam menciptakan motif motif khas sulam jelujur, bahan baku yang digunakan dari pewarnaan alam dan ramah lingkungan, serta Sulam Jelujur sudah banyak menjalin hubungan dan kerjasama di internasional, serta telah menciptakan dan berkolaborasi dengan para seniman internasional.
Sementara itu Yeni dan komunitasnya, sebagai pengrajin kain Sulam Jelujur yang berada di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedongtataan, merasa bangga hasil kerajinan yang selama ini mereka produksi akan tampil di New York Indonesia Fashion Week.
“Sebelumnya, hasil kerajinan kita ini hanya digunakan untuk pajangan dan juga digunakan di rumah saja, tetapi karena melihat adanya nilai ekonomis didalamnya, mulai lah kita memproduksi sedikit banyak untuk kita jualkan ke luar, dari hasil itu juga dapat membantu perekonomian keluarga,” ujar Yeni.
Menurutnya, dengan tampilnya Sulam Jelujur di New York para pengerajin sangat berbangga karena hasil karya dari Sungai Langka mampu menembus pasar dunia dan dikenal sampai luar negeri.
“Kami sanggat bangga dan berterimakasih kepada ibu Nanda, Bapak Dendi dan mas Aris selaku desainer, yang sudah membawa hasil kerajinan kami ke New York Indonesia Fashion Week di Amerika,” kata Yeni.
“Disini kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada ibu Riana Sari Arinal dan Yayasan Pertiwi Indonesia, yang telah ikut membantu memberikan pembinaan dan ikut mengembangkan sulam jelujur, sampai karya kami dikenal masyarakat luas bahkan sampai luar negeri,” pungkas Yeni.
Perlu diketahui pasar Sulam Jelujur dimulai dari Pesawaran itu sendiri lalu ke Jakarta, Bali, Lombok, Bandung, bahkan sampai ke manca negara seperti Dubai, Kroasia, Belanda, dan saat ini di New York. (BS/C45)